SOREANG, Balejabar.com – Pemkab Bandung melalui Badan Perencana Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) menggelar kampanye publik pengelolaan mikro daerah aliran sungai (Mikro DAS) di Gedong Budaya Soreang, Rabu (19/10/2022).
Kampanye publik pengelolaan mikro DAS ini dibuka Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kabupaten Bandung H. Agus Firman Zaini yang mewakili Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna.
Agus Firman mengatakan pengelolaan mikro DAS harus menjadi tanggungjawab bersama melalui konsep pentahelix.
“Jadi, Pengelolaan Mikro DAS ini harus digaungkan menjadi sebuah kesadaran bersama. Bahwa problem ini nyata, di antaranya kerusakan lingkungan, banjir, polisi udara. Hal ini tidak bisa menjadi tanggungjawab sepihak. Kita tak boleh saling menyalahkan,” kata Agus Firman usai membuka kampanye publik mikro DAS.
Melalui kegiatan yang diinisiasi Bappelitbangda Kabupaten Bandung, Agus mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama berbuat nyata dan mencari solusi terbaik.
Diharapkan, melalui kampanye publik Mikro DAS ini nantinya ada gerakan yang lebih masif dalam perbaikan lingkungan dan melibatkan semua elemen masyarakat.
“Kita juga berharap kepada media bisa memberitakan atau menginformasikan kepada masyarakat berkaitan hal ini, dalam upaya menggaungkan kampanye pengelolaan mikro DAS untuk menumbuhkan kesadaran bersama atau kesadaran masyarakat,” tutur Agus Firman.
Melalui kegiatan kampanye publik pengelolaan DAS ini diharapkan dapat terwujud lingkungan hidup dan infrastruktur yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang berbasis partisipasi masyarakat dan tangguh terhadap bencana.
“Sumber daya alam merupakan salah satu modal pembangunan daerah sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam lestari dapat menjamin tersedianya sumber daya berkelanjutan bagi pembangunan,” tandasnya.
Agus Firman mengatakan, salah satu pengelolaan dan penanganan sumber daya dalam mewujudkan perbaikan lingkungan, yaitu dengan pengelolaan dan penanganan DAS.
“Tujuannya untuk menjamin keseimbangan lingkungan serta memberikan manfaat sosial ekonomi yang nyata bagi masyarakat Kabupaten Bandung, sehingga kita secara bersama-sama perlu melakukan pengelolaan daerah aliran sungai,” jelasnya.
Agus mengatakan Kabupaten Bandung merupakan pelopor kebijakan penanganan dan pengelolaan daerah aliran sungai berbasis mikro di Indonesia.
“Penanganan DAS ini berupa penanganan DAS sebagai unit terkecil dalam upaya mendorong pembangunan untuk mewujudkan keseimbangan dan perbaikan lingkungan,” tuturnya.
Agus menyebutkan, kampanye publik pengelolaan mikro DAS ini menjadi salah satu respon terhadap peningkatan aktivitas masyarakat yang mengancam keseimbangan ekosistem lingkungan, karena masih belum maksimalnya pencegahan dan pemeliharaan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan aspek kelestarian.
Di sisi lain, sumber daya alam dan lingkungan memiliki daya tampung dan daya dukung yang terbatas.
“Hal ini jika dihadapi dengan ketidakseimbangan aktivitas manusia dan sumber daya alam akan memberikan dampak negatif berupa permasalahan-permasalahan yang akan terjadi seperti semakin berkurangnya cadangan air bersih, meningkatkan polusi udara, meningkatnya bencana alam, meningkatnya suhu permukaan bumi, dan semakin lebarnya tingkat kesenjangan,” ungkap Staf Ahli Bidang Ekbang.
Kepala Bappelitbangda Erwin Rinaldi menjelaskan, kampanye publik pengelolaan Mikro DAS ini sebagai salah satu respon terhadap peningkatan aktivitas masyarakat yang mengancam keseimbangan ekosistem lingkungan yang terjadi, akibat masih belum maksimalnya pencegahan dan pemeliharaan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan aspek kelestarian.
Pada sisi lain, kata Erwin, sumber daya alam dan lingkungan memiliki daya tampung dan daya dukung yang terbatas.
“Hal ini jika dihadapi dengan ketidakseimbangan aktivitas manusia dan sumber daya alam akan memberikan dampak negatif berupa permasalahan-permasalahan yang akan terjadi seperti semakin berkurangnya cadangan air bersih, meningkatnya polusi udara, meningkatnya bencana alam, meningkatnya suhu permukaan bumi, dan semakin lebarnya tingkat kesenjangan,” ungkap Erwin dalam sambutannya.
Erwin menunjuk contoh bukti nyata dari ketidakseimbangan ini yaitu dengan meninjau kondisi Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang telah menjadi sinyal bahwa daerah alirannya memiliki permasalahan serius.
“Kabupaten Bandung mencanangkan solusi dengan merancang Daerah Aliran Sungai (DAS) dari unit paling kecil dengan menggunakan konsep Mikro DAS Manajemen,” ujar Erwin.
Penyelesaian permasalahan mikro DAS telah dilaksanakan sejak tahun 2019, dan telah melalui beberapa kegiatan antara lain deliniasi mikro DAS, survei dan inventarisasi data, internalisasi ke dalam dokumen perencanaan, penyusunan masterplan dan rencana aksi, serta launching integrasi data telemetri di Cimenyan dan Automatic Water Level Recorder (AWLR) di empat titik sub DAS ke dalam halaman mikrodas.bandungkab.go.id dan terhubung ke command center.
Adanya kampanye publik pengelolaan Mikro DAS ini bertujuan sebagai ajang sosialisasi, pertukaran informasi dan pertukaran pengalaman dengan berbagai stakeholder di Kabupaten Bandung dan Kabupaten/Kota perbatasan, sebagai salah satu cara penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari unit terkecil, melalui upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan sehingga menumbuhkan persepsi dan opini yang positif.
“Kegiatan pengelolaan mikro DAS dan ekosistem ini perlu diperhatikan, agar dapat dirasakan manfaatnya secara terus menerus,” tandas Erwin.
Salah satu cara yaitu dapat dilakukan melalui imbal jasa lingkungan sebagai alternatif pendanaan dalam rangka konservasi dan pelestarian lingkungan.
“Pengelolaan Mikro DAS didorong untuk lebih maju dan berkembang melalui kolaborasi pentahelix dan masing-masing mengesampingkan ego sektoral sebagai upaya dalam melindungi sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan,” ujar Erwin.***