KAB BANDUNG, Balejabar.com – Daya Mahasiswa Sunda (Damas) Cabang Kabupaten Bandung menggelar seminar bertema Kepemimpinan Sunda, di Gedung R.A.A Lili Sumantri Universitas Bale Bandung, Selasa (23/1/2024).
Kegiatan yang bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bale Bandung (Unibba) dan media online Balejabar.com ini menampilkan tiga nara sumber antara lain Seniman/Praktisi Pop Sunda Dewi Azkiya, Ketua KNPI Kabupaten Bandung Rifki Fauzi, dan Dosen Unibba Asep Yanyan Setiawan. Seminar dipandu oleh Kiki Agung.
Ketiga narasumber memaparkan materi bagaimana kepemimpinan sunda jaman baheula hingga kiwari, serta menyampaikan pesan dan tips untuk ratusan peserta seminar untuk menjadi pemimpin sunda yang baik.
Seperti Dewi Azkiya memaparkan, untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan proses dengan melaui segala halangan rintangan.
“Tapi kalau kita panceg kana kayakinan, yakin bisa melalui ringatan itu, maka kita bisa sukses menjadi seorang pemimpin, dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai kesundaan,” tandas Dewi. Nilai kesundaan yang dimaksud Dewi salah satunya adalah semboyan Siliwangi, Silih Asah Asih Asuh.
“Silih wawangi, silih nutupan, silih ajenan. Urang Sunda juga terkenal dengan keramahannya, itulah nilai-nilai kesundaan yang harus dipertahankan oleh pemimpin sunda di tengah era globalisasi ini. Jangan malah nilai-nilai kesundaan itu, kebudayaan sunda itu tergerus oleh arus globalisasi,” kata penyanyi pop sunda ini.
Dewi Azkiya sendiri, sempat terjun ke dunia politik, saat menjadi calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Bandung dari Partai Amanat Nasional (PAN) pada 2019. Dewi mengaku ingin menjadi pemimpin dari oara seniman sunda, untuk memperjuangkan nasib seniman seniwati agar lebih sejahtera.
Senada dengan Dewi, Ketua KNPI Kabupaten Bandung, Rifki Fauzi mengatakan, untuk menjadi seorang pemimpin itu harus dibentuk, dengan melalui proses.
“Menjadi pemimpin itu harus melalui proses dan perlu dibentuk agar memiliki komptensi. Untuk pemimpin sunda, bukan hanya soal kepemimpinannya saja, tapi juga memahami semua nilai-nilai kesundaan,” tandas Rifki.
Sebab menurutnya berbicara kepemimpinan adalah berbicara tentang decision maker atu pengambilan keputusan.
Sebagai Ketua KNPI Kabupaten Bandung, Rifki mengapresiasi kegiatan Damas, yang memiliki sense of belonging yang lebih tinggi terhadap kesundaan.
“Saya berharap Damas terus melakoni nilai-nilai kesundaan dalam kesehariannya, dalam rangka membentuk calon-calon pemimpin sunda. Dari seminar ini juga diharapkan ada output berupa nilai-nilai penting yang perlu dilakukan untuk keberlangsungan kepemimpinan sunda,” ucap Rifki.
Menurutnya, pembentukan kepemimpinan sunda, bisa melalui prose seminar Kepemimpinan Sunda seperti yang digelar oleh Damas. Bisa juga dibentuk melalui unit kegiatan mahasiswa, maupun pelatihan kepemimpinan sunda lainnya.
Sementara Dosen Unibba Asep Yanyan Setiawan mengutip Jacob Sumardjo, bahwa sistem kepemimpinan sunda antara lain tidak bersifat otoriter, tapi demokratis, dengan pembagian kekuasaan trias politica antara lain ada raja, ratu dan resi atau ada eksekutif, legislatif, yudikatif. Kedua, kepemimpinan sunda itu kharismatik yang memiliki jati diri sunda.
Ketua Panitia Latihan Kepemimpinan Sunda Tingkat Sadia, Erick Andang Kurnia menjelaskan, Damas harus berperan dan karya nyara dalam membina kader-kader Sunda agar bisa memiliki generasi yang siap menjadi pemimpin yang membawa harum Ki Sunda, yang bangga, mencintai dan tanggung jawab selaku orang Sunda tidak hanya di tataran lokal atau nasional, tapi juga internasional.
“Damas secara organisasi harus mampu menciiptakan kader-kader yang unggul. Karena itu penting adanya konsep sistem kaderisasi (pembinaan kader) yang komprehensif, jelas arahnya dan terencana dengan baik, seperti dengan mengadakan latihan kepemimpinan sunda ini,” pungkas Erick.***