KAB BANDUNG, Balejabar.com – Mohammad Hailuki terpilih menjadi Ketua Bintang Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Bandung. Pria yang akrab disapa Luki ini diberi mandat oleh BMI Jabar untuk membentuk kepengurusan dalam enam bulan mendatang.
Penyerahan mandat diberikan oleh Sekjen BMI Jabar Maulana Hasanuddin, di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Kamis (25/11/21).
Dalam sambutannya, Hailuki mengatakan, BMI merupakan kumpulan kaum milenial yang harus bergerak cepat. BMI Kabupaten Bandung terdiri dari berbagai unsur, di antaranya Mojang Jajaka, Genre, Pramuka, Persis, Muhammadiyah, influencer, kader Partai Demokrat, KONI, wirausaha muda, IPNU, HMI.
“Kaum milenial harus memiliki kepedulian terhadap urusan penting tapi dibawa santai yaitu politik. Milenial jangan alergi politik karena setiap hari akan berinteraksi dengan politik, misalnya kuliah dan kepemilikan identitas kependidikan. Politik jangan dikerdilkan hanya pilkada, pileg, atau pilpres,” kata Luki.
Hailuki menyebutkan, kaum milenial dari BMI bisa berkontribusi nyata dan mandiri. Tentu harus diberikan akses dan kegiatan positif yang dirasakan manfaatnya.
Sekjen BMI Jabar Maulana menjelaskan, BMI merupakan organisasi kepemudaan yang diharapkan menjadi bintang penerang kehidupan, sosial kemasyarakatan. Hadirnya BMI berawal dari kegelisahan, berhimpun, terhadap apatisme pemuda terhadap sosial politik masyarakat.
“Ada gagasan, BMI bisa berhimpun jadi pemimpin yang akan datang. BMI cerdas santun peduli, nantinya diharapkan pemuda memiliki tiga unsur pokok itu. Kegiatan BMI tidak hanya kegiatan sosial politik. Di manapun bergerak dari hal kecil untuk jadi hal besar. Ada pengkaderan, manajemen krisis sosial masyarakat,” jelasnya.
Ketua Dewan Pembina BMI Jabar Dede Yusuf mengatakan, di BMI tidak bicara hanya politik. BMI diharapkan jadi penggerak bagi gagasan ide yang mampu menggerakan masyarakat.
“Anak muda itu keren, selama dikasih kesempatan. Kita akan kasih, asal sesuai visi misi menjadi generasi Indonesia Emas 2045,” kata Dede.
Menurut Dede, saat ini anak muda berproses sangat cepat pada hal menguntungkan, tapi lupa ada hal-hal berbahaya karena kematangan usianya belum sampai. Misalnya punya uang mendadak dan tidak tahu penggunaannya.
“Kita ingin anak muda menguasai teknologi, tapi tidak dikuasai teknologi. Milenial ini pada tahun 2045 akan berjumlah setengahnya penduduk dunia. Ini masalahnya, menguasai atau dikuasai? Kalau dikuasai, milenial akan diarahkan atau jadi alat kepentingan besar, misalnya buzzer. Membuat berbagai informasi, dipercayai, padahal belum tentu itu benar,” tuturnya. ***