BANDUNG– Wakil Ketua Komisi II DPR Dede Yusuf Macan Effendi ingin warga tidak terbebani kenaikkan harga sembako. Khususnya jelang Lebaran.
Pada Minggu (30/3/2025), Dede Yusuf blusukan ke Pasar Kopo Sayati, Kec Margahayu, Kabupaten Bandung. Turut menyertai Anton Ahmad Fauzi, anggota DPRD setempat.
“Saya ingin tahu seberapa tinggi adanya kenaikan harga jelang Lebaran,” ujar Dede Yusuf.
Secara telaten, Dede Yusuf kemudian mencatat harga beras, telur, daging ayam, dan daging sapi. “Beras tetap stabil, ada tiga pilihan harga mulai 12 ribu sampai 16 ribu per kilogram,” tutur politikus senior Partai Demokrat ini.

Dede Yusuf juga mencatat harga telur ayam justru turun. Sebelum puasa sempat 30 ribu, malah jadi 27 ribu per kilogram. “Daging ayam juga relatif stabil. Daging sapi ada kenaikan tapi masih kategori wajar,” tandasnya.
Yang masih di luar kontrol, papar wakil rakyat dari dapil Jabar II (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat) ini, adalah harga cabe. Baik cabe merah, cabe keriting, cabe hijau, maupun cabe rawit mengalami kenaikkan tak wajar.
“Pemda.baik provinsi maupun kabupaten dan kota sebenarnya ada peran untuk menjaga inflasi. Caranya dengan operasi pasar. Tadi saya tanya ke pedagang dan pembeli tidak ada operasi pasar untuk mengendalikan harga cabe,” ungkap Dede Yusuf yang baru saja menjabat wakil ketua umum Partai Demokrat ini.
Emak-emak, kata Dede Yusuf, biasanya paling sensitif jika harga cabe melambung tinggi. “Cabe rawit jenis domba tadi di atas 100 ribu. Hampir sama dengan harga daging sapi,” katanya.
Yang jadi perhatian serius berikutnya soal stok dan harga minyak goreng. Khususnya merek Minyak Kita yang mendapat subsidi.
“Harganya tetap masih di atas HET, harga eceran tertinggi,” jelasnya. Stoknya juga kurang. Akibat kurang itulah, harga menjadi Rp 18 ribu per liter. Padahal di kemasan tertulis Rp 15.700.
Bukan hanya harga dan stok, takaran Minyak Kita juga tidak persis satu liter. Dalam kesempatan kukurusukan di pasar tradisional tersebut, Dede Yusuf memastikan dengan menakar langsung Minyak Kita.

“Tadi saya beli sebagai sampel lalu kita ukur ramai-ramai. Ternyata kurang 50 mili, tidak persis seribu mililiter,” kata doktor administrasi publik lulusan Unpad ini.
Di pasar Kopo Sayati, Dede Yusuf juga dapat penjelasan mengenai stok pasar minyak goreng curah. Banyak warga yang beralih ke minyak curah karena stok Minyak Kita langka. Kalaupun ada harganya tidak sesuai di label.
“Ini harus jadi perhatian pemerintah,” katanya. (adb)